34 ORNOP Indonesia melaksanakan
Konferensi Peringatan Seratus Tahun Sawit di Indonesia
Sebanyak tiga puluh empat organisasi non pemerintah dari seluruh propinsi di Indonesia tergabung dalam Forum Masyarakat Sipil Indonesia, melaksanakan Konferensi Peringatan Seratus Tahun Sawit di Indonesia, kegiatan dimulai tanggal 27 sampai dengan 29 Maret 2011. Konferensi nasional yang diselenggarakan di Hotel Polonia dan Tiara Convention Hall ini dibuka oleh Plt. Gubernur Sumatera Utara, Gatot Pujo Nugroho.
Pada opening session, yang akan dibuka di hotel Polonia, diundang para narasumber yang berasal dari berbagai latar belakang yang selama ini memiliki perhatian terhadap dampak-dampak perkebunan sawit. Beberapa diantaranya adalah George Junus Aditjondro (peneliti Politik Ekonomi), Ifdal Kasim (Ketua Komnas HAM), dan Menteri Tenaga Kerja, Muhaimin Iskandar yang menyatakan bersedia untuk menjadi salah satu narasumber dalam sesi pembuka ini.
Kegiatan ini diadakan untuk mengungkap secara utuh dampak perkebunan sawit di Indonesia sejak kelahirannya tahun 1911. Seiring berjalannya waktu, komersialisasi berkembang ke arah kapitalisasi perkebunan melalui ekspansi yang massif terutama 10 tahun terakhir ini. Ekspansi tersebut dipicu oleh tingginya permintaan pasar global Crude Palm Oil (CPO) baik untuk keperluan produk bahan makanan, aneka produk kosmetik maupun energi (biofuel). Rangkaian konferensi akan diramaikan oleh seminar, sidang-sidang, pameran, pemutaran film, serta aksi damai solidaritas terhadap korban-korban perkebunan sawit.
Lebih lanjut menurut data yang dimiliki tim teknis Panitia Konferensi, saat ini luas perkebunan sawit mencapai 7,9 juta hektar, dengan komposisi ke pemilikan 65 persen dikuasai oleh korporasi, hanya 35 persen oleh petani kecil. Kekuatan korporasi dalam kerangka ekspansi, memperoleh dukungan dari 20 bank besar di dunia. Dukungan ini merupakan wujud nyata bagaimana modal mengendalikan mata rantai produk sawit di Indonesia. Dalam prakteknya, kegiatan korporasi sawit melalui mata rantai produksinya merupakan ancaman serius terhadap keberlangsungan hidup khususnya bagi pemenuhan dan perlindungan hak asasi manusia, hutan dan kestabilan iklim.
Ekspansi perkebunan sawit telah mengakibatkan laju penghancuran hutan yang semakin mengkuatirkan. Perluasan perkebunan sawittidak hanya merambah kawasan hutan, lahan gambut bahkan juga menghancurkan lahan pertanian pangan. Dampak bisnis korporasi sawit dibayar mahal berupa krisis pangan, musnahnya kekayaan hayati, bencana lingkungan, pemanasan gobal.
Konferensi ini diharapkan akan melahirkan gagasan baru berupa peta jalan terhadap persoalan perkebunan sawit yang saat ini mengemuka di Indonesia dan dunia.
Koordinator Komite Eksekutif
Saurlin Siagian
Forum Masyarakat Sipil Indonesia
untuk Konferensi Peringatan Seratus Tahun Sawit di Indonesia
Serikat Petani Indonesia (SPI), BPRPI, SPKS,LENTERA, KPS, BAKUMSU, ELSAM, BITRAIndonesia, WALHI-SU, SAHDAR,SAWIT WATCH, ELSAKA, HAPSARI, KONTRAS-SU, PETRA, PBHI, LBH Medan, KSPPM, KPA, SINTESA, JALA, GEMAWAN KALBAR, WALHI KALTIM, SETARA Jambi, JKMA Aceh, KOTIB, JIKALAHARI Riau, Longgena Ginting, YPMP Asahan, FORMATSU, WABPIS, FOKKER LSM Papua, ADS, JPIC MSC
http://www.elsam.or.id/new/index.php?id=1386&lang=in&act=view&cat=c/102
Senin, 28 Maret 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar